PASUKAN ELITE TNI BERGERAK SECEPAT ANGIN
Dalam bergerak, hendaknya secepat angin, dalam gerakan lambat hendaknya seanggun rimba belantara; Dalam menggerebek dan menjarah mengganaslah seperti api: Dalam bertahan, bertahanlah sekukuh gunung; Dalam penyamaran, hendaknya Anda tak tertembus seperti gelapnya malam; Dan bila menyerang, Anda harus melanda seperti guntur.�? (Sun Tzu).
Tulisan Sun Tzu dalam buku Art of War yang dibuat sekitar 400 tahun sebelum Masehi itu bisa menafsirkan sosok pasukan elite. Laksana angin, pasukan elite hanya bisa dirasa khalayak tanpa menyentuh secara utuh wujudnya. Uraian sosok pasukan elite Indonesia berikut ini, meminjam istilah Nietzsche, hanyalah sebuah perspektif yang dibangun dari tempat ia berdiri dan memandang realitas.
Sat Gultor 81
Satuan Penanggulangan Teror (Sat Gultor) 81 ini langsung berada di bawah komando dan pengendalian Danjen Kopassus. Manilik ke belakang, satuan ini merupakan bagian dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus), pasukan elite TNI Angkatan Darat. Ide awal pembentukan datang dari Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI Letjen LB Moerdani.
Komandan pertama Sat Gultor 81 ialah Mayor Inf Luhut B Panjaitan dengan wakil Kapten Inf Prabowo Subianto. Kedua Perwira itu dikirim ke GSG 9 ( Grenzschutzgruppe 9) Jerman untuk mendalami penanggulangan teror kemudian melakukan perekrutan. Para calon prajurit satuan elite itu digembleng di Satuan Latihan Sekolah Pertempuran Khusus Batujajar. Akhirnya, satuan ini terbentuk pada 30 Juni 1982.
Sat Gultor 81 dipimpin perwira menegah berpangkat Kolonel. Satuan superelite ini memiliki spesialisasi antibajak pesawat, perang kota, intelijen dan kontraintelijen. Tidak ada keterangan jelas mengenai jumlah prajurit Sat Gultor 81 saat ini.
Jenis senjata yang digunakan Sat Gultor 81 ialah Minimi 5,56 mm, MP5 9 mm, Uzi 9 mm, Beretta 9 mm, SIG Sauer 9 mm, dan beberapa jenis lagi seperti sniper , tidak terdeteksi.
Operasi yang pernah ditangani pasukan ini dan terbilang sukes yaitu saat pembebasan 26 sandera yang ditawan GPK Kelly Kwalik di Irian Jaya pada 15 Mei 1996. Sebelumnya, peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC9 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, 31 Maret 1981.
Datasemen Bravo 90
Datasemen Bravo 90 atau Tim Bravo 90 merupakan detasemen elite Pasukan Khas (paskhas_, Angkatan Udara yang berintikan prajurit terbaik dari yang terbaik yang dimiliki Korps AU dan markas di Mako Korpaskhasau Lanud Margahayu, Bandung.
Prajurit Tim Bravo diambil dari 10 terbaik lulusan pendidikan komando yang dilakukan selama lima bulan. Tidak cukup dengan itu , mereka masih harus melewati beberapa tes lagi. Personel Tim Bravo yang juga dikenal sebagai Special Forces of Indonesia Air Force (SFoIDAF) diperkirakan tak sampai 150 orang. Setiap regu berjumlah 11 orang.
Tugas parukan elite ini menjalankan fungsi intelijen di bawah perintah Panglima TNI dengan bawah kendali operasi (BKO) Bais dan terlibat dalam misi-misi gabungan TNI untuk mengamankan objek-objek vital Tim Bravo juga ditempatkan dalam datasemen-datasemen pengawal pribadi (walpri) untuk KSAU dan Presiden.
Setiap anggota Tim Bravo dipersenjatai dengan scorpion model 61 kaliber 7,65 mm, minimi 5,56 mm, pistol Beretta 9 mm, pistol SIG Sauer 9 mm dan senjata sniper jenis G-3 sebagai satuan elite, sepuluh kualifikasi harus dikantongi personel Tim Bravo. Mulai dari Combat free fall, Haho, paralanjut olahraga, combat SAR, paradasar, dalpur.trimedia (darat, laut, udara) selam, tembak kelas I serta komando.
Dalam melaksanakna operasinya Tim Bravo bergerak tanpa identitas, Bisa mencair di satuan-satuan Paskhas atau seorang diri layaknya dunia Intelijjen.
Denjaka
Datasemen Jala Mangkara (Denjaka) milik Angkatan Laut (AL). Dibentuk berdasarkan instruksi Pangab (Panglima TNI) kepada Dankoramar No Isn.01/P/IV/1984. Pada tanggal 13 November 1984. Denjaka memiliki tugas pokok membina kemampuan antiteror dan antisabotase di laut dan di daerah pantai serta kemampuan klandestin aspek laut.
Denjaka terdiri dari satu markas datasemen, satu tim markas, satu tim teknik dan tiga tim tempur sebagai unsur pelaksana prajurut Denjaka ditutut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecapatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi serta medan tugas /operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai Disamping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara.
Setiap prajurit Denjaka dibekali kursus penanggulangan antiteror aspek laut yang bermaterikan intelijen, taktik dan teknik antiteror, dan antisabotase, dasar-dasar spesialisasi, Komando kelautan dan keparaan lanjutan ini dilaksanakan setiap kurang lebih 5,5 bulan bertempat di jakarta dan sekitarnya.
Dilanjutkan dengan materi pemeliharaan kecakapan dan peningkatan kemampuan kemahiran kualifikasi Taifib dan Paska, pemeliharaan dan peningkatan kemampuan menembak, lari dan berenang, peningkatan kemampuan bela driri, penguasaan taktis dan teknik penetrasi rahasia, darat, laut dan udara, penguasaan taktik dan teknik untuk merebut dan menguasai instalasi di laut, kapal, pelabuhan/pangkalan dan personel yang disandera di objek vital di laut, penguasaan taktik dan teknik operasi klandestin aspek laut, pengetahuan tentang terorisme dan sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan kemampuan survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi.
Untuk mendukung operasi personel Denjaka dibekali minimi 5,56mm, MP5, pistol Beretta 9mm dan SIG Sauer 9 mm.